Assalamu’alaikum
Mari luangkan waktu sejenak untuk mengirimkan doa.
53 Awak Kapal Kru KRI Nanggala 402 yang hilang dan dinyatakan tenggalam.
Kami Keluarga Besar Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Jawa Barat turut berduka cita sebesar-besarnya atas musibah tersebut.
#IRMAJabar
#PrayForKRINanggala402
#KRINanggala402
Assalamu’alaikum
Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Jawa Barat https://youtu.be/6d4yKMF1zXk
Assalamu’alaikum masih ada waktu sampai pukul 13.00 WIB (setelah itu akses ditutup) dalam Lomba MTQ, Dakwah Digital, Lagu Islami dengan Piala Kadisdik Jabar, uang pembinaan jutaan rupiah untuk semua pemenang dan E-Sertifikat
Link Lomba MTQ
http://tiny.cc/LombaMTQ
Link Lomba Dakwah Digital
http://tiny.cc/LombaDakwahDigital
Link Lomba Lagu Islami
http://tiny.cc/LombaLaguIslami
Catatan yang mengikuti lomba hanya yang tercatat sebagai peserta Pesantren Digital IRMA Jawa Barat
Tetap semangat, di rumah aja berkah
#PesantrenDigital
#IRMAJabar
#JabarJuara
#JabarMasagi
#BelajarDariRumah
Keutamaan Bulan Ramadhan
Assalamu’alaikum
Kultum Menjelang Buka Puasa Bersama Dr. H. Cece Hidayat, M.Si., Kepala Kemenag Kab. Garut/Pembina IRMA Jawa Barat (Ahad, 25/4/2021) https://youtu.be/w6u1MPG1dNU
Setiap peserta menulis kehadiran di kolom komentar, contoh Assalamu’alaikum Nama Lengkap_Kelas_Sekolah_Menyimak kultum menjelang buka puasa
Intisari ceramah ditulis di buku kegiatan Ramadhan masing-masing
#PesantrenDigital
#IRMAJabar
Adapun peserta lomba pesantren digital yaitu:
1. Lomba MTQ berjumlah 164 pendaftar
2. Lomba Dakwah Digital berjumlah 191 pendaftar
3. Lomba Lagu Islami berjumlah 166 pendaftar
Kemudian akan terpilih 5 nominasi yang masuk babak selanjutnya, dari 5 nominasi ini akan terpilih 3 nominasi yang akan masuk final melalui Zoom dan disiarkan langsung di youtube channel IRMA Jawa Barat.
Selengkapnya bisa disimak di https://youtu.be/C6augTpqHKo
#PesantrenDigital
#IRMAJabar
#JabarJuara
#JabarMasagi
#BelajarDariRumah
Beda masa, Beda cara: Haruskah kita mudik saat Pandemi Covid-19?
Oleh Rifa Anggyana
(Pembina IRMA Jawa Barat)
Memasuki pertengahan bulan Ramadan, kita sudah mulai disibukkan dengan berbagai persiapan akhir Ramadan. Segala macam persiapan seperti menyediakan makanan, bersih-bersih rumah dan kegiatan lainnya. Salah satu yang menjadi bagian tak terpisahkan setiap Ramadan yaitu pulang kampung atau biasa disebut mudik. Tradisi mudik di Indonesia sudah ada dari dulu bisa disebut seperti rutinitas tahunan menjelang akhir Ramadan. Waktunya sendiri tidak menentu, ada yang mudik sejak awal Ramadan, tidak sedikit pula yang mudik menjelang Ramadan berakhir, tentu tergantung kesibukan dan selesainya perkerjaan masing-masing orang.
Mudik bisa disebut sebagai bentuk sosial yang bisa bernilai ibadah jika diniatkan sebagai sarana silaturahim dengan orang tua, keluarga dan sanak saudara yang berada di kampung halaman. Niat yang baik ini memiliki beberapa keutamaan seperti bertambahnya rezeki dan dipanjangkan umur seseorang. Sebagaimana Hadist yang dari Sahabat Anas bin Malik ini yang artinya “Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturrahim”. (HR. Bukhari Muslim)
Maksud hadist tersebut juga telah dijelaskan oleh beberapa Imam, salah satunya Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa maksud “dilapangkan rezekinya” adalah diluaskan dan dijadikan banyak hartanya, dan menurut pendapat lain artinya diberi keberkahan harta (meskipun tidak bertambah banyak secara lahiriyah, tapi nilai kebermanfaatannya tinggi). Lalu bertambahnya usia yang dimaksud dalam Hadist tersebut maknanya adalah bermanfaatnya hidup selama usia yang memang telah ditentukan Allah SWT sejak zaman sebelumnya manusia dilahirkan.
Namun, meningat kondisi hari ini yang masih masa pandemi, pemerintah secara resmi telah membatasi waktu mudik. Terhitung mulai 6 hingga 17 Mei masyarakat Indonesia dilarang sepenuhnya melakukan perjalanan ke luar kota. Hal itu tercantum dalam persyaratan bagi Pelaku Perjalanan dalam Negeri (PPDN) yang telah diperketat. Saya pun yang memiliki waktu luang H-7 akhirnya merelakan untuk tidak mudik ke kampung halaman Pangandaran dan berharap kondisi akan semakin membaik sehingga Ramadan selanjutnya sudah seperti biasa.
Oleh karena itu, saya mengajak kepada semuanya untuk memanfaatkan media yang ada untuk tetap berkomunikasi dan menjaga silaturahim dengan cara-cara lain yang tidak dilarang oleh agama seperti menggunakan sosial media. Meski kita tetap merindukan keluarga dan sanak saudara, berbeda masa berbeda cara kita bersilaturrahim demi menjaga kesehatan masing-masing kita. Semoga langkah yang kita tempuh dengan tidak mudik pada waktu tertentu ini menjadi ikhtiar supaya kondisi Ramadan tahun depan sudah seperti biasa.
sumber:
http://beritadisdik.com/news/kaji/beda-masa–beda-cara–haruskah-kita-mudik-saat-pandemi-covid-19-